Mengenal Tradisi Malamang, Tradisi Unik Masyarakat Minang yang Menjadi Simbol Silahturahmi di Hari-Hari Besar

- Kamis, 16 Maret 2023 | 16:47 WIB
Mengenal Tradisi Malamang, Tradisi Unik Masyarakat Minang yang Menjadi Simbol Silahturahmi di Hari-Hari Besar
Mengenal Tradisi Malamang, Tradisi Unik Masyarakat Minang yang Menjadi Simbol Silahturahmi di Hari-Hari Besar

Suarahits.com, Hampir habis bulan Sya’ban, hampir tiba pula bulan Ramadhan. Berbagai tradisi menyambut Ramadhan biasanya sudah semarak.

Bulan Sya’ban dalam masyarakat Minangkabau memiliki nama sendiri. Ada yang disebut bulan balimau. Sebagiannya lagi menyebutnya bulan tadu’a (bulan ter-do’a).

Ada juga yang melafalnya dengan bulan malamang. Di bulan malamang inilah hidup tradisi malamang, tradisi yang tak banyak mendatangkan kontroversi.

Baca Juga: Sejarah Nasi Biryani, Hidangan Kaya Rempah Untuk Tentara Kerajaan Mughal yang Terlihat Kurus dan Kurang Gizi

Tradisi malamang merupakan suatu budaya yang diwariskan secara turun temurun dan dan berkembang di lingkungan masyarakat Minangkabau, khususnya masyarakat di Kabupaten Padang Pariaman.

Bila diperhatikan secara sekilas, Malamang terkesan hanya merupakan proses atau cara memasak lamang (lemang) dengan menggunakan media bambu yang kemudian di bakar diatas bara api.

Padahal, tradisi Malamang tidak hanya soal kemahiran memasak lemang, namun tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai dan sejarah yang membuat tradisi ini bertahan di Sumatera Barat, khususnya Kabupaten Padang Pariaman.

Baca Juga: Sejarah Perayaan Cap Go Meh, Perayaan yang Telah Dilakukan Sejak Dinasti Han Abad ke-7 Masehi

Semaraknya tradisi Malamang, biasanya akan terasa pada peringatan hari-hari besar Islam, yakni menjelang bulan Ramadan, lebaran (Idul Fitri dan Idul Adha), peringatan Maulid Nabi, baralek (pesta pernikahan), peringatan hari kematian, dan sebagainya.

Mayoritas masyarakat di Padang Pariaman menyakini, sejarah tradisi Malamang tidak dapat dilepaskan dari peran dan perjuangan Syekh Burhanuddin untuk menyiarkan agama Islam di Minangkabau.

Malamang dapat dikatakan metode dakwah yang digunakan oleh Syekh Burhanuddin untuk mengajarkan perbedaan makanan halal dan haram dalam ajaran Islam kepada masyarakat di daerah Ulakan, Padang Pariaman.

Menurut tambo, pada saat menyiarkan Islam, Syekh Burhanuddin kerap bersilaturrahmi ke rumah-rumah penduduk.

Meski saat itu Islam sudah mulai berkembang, namun masyarakat tidak tahu mana makanan yang halal dan mana yang haram.

Jamuan makan yang umumnya dihidangkan masyarakat adalah gulai babi, rendang tikus dan goreng ular, sehingga saat bertamu Syekh Burhanuddin meragukan kehalalan makanan yang dihidangkan oleh masyarakat.

Syekh Burhanuddin memperkenalkan cara memasak yang bisa dipastikan tidak akan tercampur antara yang halal dan yang haram.

Halaman:

Editor: Jingga Almadea

Tags

Terkini

X