Mengenal Sejarah Hari Raya Nyepi yang Diyakini Sebagai Awal Tahun Pembaruan

- Senin, 20 Maret 2023 | 08:20 WIB
Mengenal Sejarah Hari Raya Nyepi yang Diyakini Sebagai Awal Tahun Pembaruan
Mengenal Sejarah Hari Raya Nyepi yang Diyakini Sebagai Awal Tahun Pembaruan

Suarahits.com, Pulau Bali yang sudah mendunia memang tidak pernah sepi pengunjung.

Namun, ada satu hari spesial dimana Pulau Bali benar-benar sepi, masyarakat tidak keluar rumah dan tidak beraktivitas seperti biasa.

Hari spesial itu adalah Hari Raya Nyepi yang merupakan hari suci umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka.

Baca Juga: Sejarah Tradisi Arakan Ogoh-Ogoh Dalam Perayaan Nyepi, Simbol Pembersihan Alam dari Sifat-Sifat Jahat

Penanggalan tahun baru ini dilakukan berdasarkan hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dianggap sebagai hari penyucian dewa-dewa di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup.

Bagi umat Hindu, Tahun Baru Caka atau Hari Suci Nyepi mengandung makna yang sangat mendalam yaitu sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari toleransi, hari kebersamaan, hari kedamaian, dan hari kerukunan nasional.

Sejarah dan Makna Hari Raya Nyepi

Nyepi berasal dari kata sepi (artinya sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan pada kalender Caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Malamang, Tradisi Unik Masyarakat Minang yang Menjadi Simbol Silahturahmi di Hari-Hari Besar

Dalam perhitungan kalender Caka, satu tahun memiliki 12 bulan dan bulan pertamanya disebut Caitramasa.

Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi (tiap 1 januari), Tahun Baru Caka di Bali dimulai dengan menyepi dan melaksanakan catur brata penyepian dan tidak ada aktivitas seperti biasa alias dilarang dan dihentikan selama hari raya Nyepi berlangsung.

Hari raya Nyepi tercipta berdasarkan cerita dari kitab suci Weda yang menceritakan dimana pada awal abad masehi bahkan sebelumnya, Negeri India dan wilayah sekitarnya digambarkan selalu mengalami krisis dan konflik sosial berkepanjangan.

Pada saat itu banyak terjadi pertikaian antar suku-suku bangsa (Suku Caka, Pahiava, Yueh Chi, Yavana dan Malaya) dengan kondisi menang dan kalah yang silih berganti.

Gelombang perebutan kekuasaan antar suku pada akhirnya menyebabkan terombang-ambingnya kehidupan beragama itu.

Dan pertikaian yang panjang pada akhirnya suku Caka menjadi pemenang dibawah pimpinan Raja Kaniskha I yang dinobatkan menjadi Raja dan turunan Caka tanggal 1 (satu hari sesudah tilem) bulan 1 (caitramasa) tahun 01 Caka, pada bulan Maret tahun 78 masehi.

Halaman:

Editor: Setiawan.

Tags

Terkini

Terpopuler

X