Suarahits.com, Tanjidor adalah kesenian musik dari Betawi. Kesenian musik ini wujudnya percampuran antara Eropa dan seni musik Islam, kemungkinan dari Moro di Filipina.
Kesenian Betawi ini sudah mulai jarang ditemukan, keberadaannya hanya bisa kita lihat pada hajatan-hajatan besar warga Betawi di Jakarta.
Tanjidor pertama kali masuk ke Indonesia pada sekitar abad ke-18 yang saat itu dimainkan untuk mengiringi atau mengarak pengantin.
Dalam kesenian tanjidor terdapat beberapa alat musik seperti trombone, terompet, klarinet, piston, drum, dan simbal.
Sejarah nama tanjidor berasal dari kata dalam bahasa Portugis 'Tangedor' yang memiliki arti alat-alat musik berdawai (Stringed instrumens).
Ada lagi arti tanjidor yakni "tanji" (Bahasa Betawi) yang artinya memukul alat musik.
Baca Juga: Menelusuri Keunikan Standar Kecantikan Wanita Zaman Dulu yang Pernah Tercatat Dalam Sejarah Dunia
Saat ini, di Portugal sendiri tanjidor masih digunakan untuk mengikuti pawai-pawai keagamaan seperti pesta Santo Gregorius.
Pada abad ke-19, tanjidor adalah penanda hidup pejabat penjajah Belanda di Jakarta dan sekitarnya.
Para budak milik pejabat itu memainkan kesenian tanjidor saat tuan rumah kedatangan tamu penting atau saat perhelatan pesta.
Di Jakarta tanjidor biasanya dimainkan 7 sampai 10 orang pemain musik. Para pemain Tanjidor kebanyakan berasal dari kota-kota di luar Jakarta, seperti di daerah Tangerang, Bekasi, Depok, dan Indramayu.
Orkes-orkes tanjidor ini biasa memainkan lagu-lagu antara lain kramton, Bananas, cente manis, kramat karem, merpati putih, dan surilang